Senin, 19 November 2012

Fenomena harga batubara

Batubara sebagai suatu komoditas industri energi ditentukan berdasarkan kualitas, metode penambangan, peringkat batubara, dan wilayah geografis.

Seperti pada umumnya diketahui, batubara secara kualitas terbagi menjadi empat klasifikasi utama (lignit, sub bituminus, bituminus,antrasit), dimana tergantung pada jenis dan jumlah karbon. Hal ini menunjukkan jumlah energi panas yang dihasilkan. Harga batubara (secara normal) akan tinggi pada kandungan kalor yang tinggi.

Metode penambangan terbuka umumnya menghasilkan batubara dengan harga lebih rendah daripada yang diekstrasi dari tambang bawah tanah. Biasanya biaya produksi tambang terbuka akan lebih rendah. Perbedaan harga tersebut biasanya terkait dengan kondisi tambang yang lebih sulit, bahaya, serta biaya produksi yang lebih bagi perusahaan.

Karena dalam penambangan batubara aktivitas pengangkutan merupakan aktivitas yang banyak menggunakan unit serta memerlukan proses yang lebih lama dalam siklus operasinya, maka biaya yang dikeluarkan akan memiliki porsi tinggi. Namun ini harus dilakukan dalam penambangan batubara. Di banyak tambang, biaya pengangkutan (transportasi) merupakan biaya tertinggi, lebih tinggi dari biaya penambangan di lokasi tambang.

Penjualan batubara umumnya terdiri dari dua tipe utama, kontrak jangka panjang dan 'on spot'.  Harga 'on spot' dapat berfluktuatif berdasarkan kondisi pasar jangka pendek, sementara harga kontrak relatif stabil.

Tahun 2012, menjadi tahun yang sensasional bagi industri tambang batubara. Harga batubara di awal tahun yang berkisar pada US$ 100/ton, turun menjadi rata rata US$ 80/ton di semester 2. Beberapa analis dan tokoh di kementrian ESDM, mengatakan hal ini disebabkan krisis ekonomi di Eropa, India dan China. Selain itu, Amerika Serikat juga sudah mulai melakukan ekspor batubara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar